I. Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bentuk jamak dari simpleks yang berasal
dari kata simple, yang berarti satu atau sederhana. Istilah
simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam
wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Departemen Kesehatan RI
membuat batasan tentang simplisia sebagai berikut: simplisia adalah bahan alami
yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan
kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan (Gunawan,
2004: 9).
Simplisia
terbagi 3 golongan yaitu :
1.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa
tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman ialah isi
yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya,
dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara
tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.
2.
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan
utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni.
3.
Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa
bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
II. Tahap Pembuatan
simplisia
Tahap pembuatan simplisia meliputi :
1.
Pengumpulan bahan
Dalam pengumpulan bahan, hal yang perlu diperhatikan adalah
umur tanaman, bagian tanaman pada waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.
2.
Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia sehingga tidak ikut terbawa
pada proses selanjutnya yang akan memengaruhi hasil akhir.
3.
Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Air yang digunakan sebaiknya adalah
air mengalir yang bersumber dari air bersih, seperti air PAM, air sumur, atau
mata air.
4.
Perajangan
Perajangan tidak harus selalu dilakukan. Proses ini pada
dasarnya dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan. Jika ukuran simplisia
cukup kecil/tipis, proses ini dapat diabaikan.
5.
Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air
sehingga menjamin mutu dalam penyimpanan, mencegah pertumbuhan jamur, dan
mencegah proses atau reaksi enzimatik yang dapat menurunkan mutu. Faktor yang
penting dalam pengeringan adalah suhu, kelembapan, dan aliran udara
(ventilasi). Sumber suhu dapat berasal dari sinar matahari, baik secara
langsung maupun ditutupi dengan kain hitam, atau dapat pula berasal dari suhu
buatan dengan menggunakan oven.
Pengeringan bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri
atau komponen lain yang termolabil hendaknya dilakukan pada suhu tidak terlalu
tinggi dengan aliran udara berlengas rendah secara teratur. Simplisia yang
mengandung alkaloida umumnya dikeringkan pada suhu kurang dari 70°C.
Dalam pengeringan, simplisia hendaknya jangan ditumpuk
terlalu tebal agar proses penguapan dapat berlangsung dengan cepat dan tidak
terjadi proses pembusukan. Suhu yang tidak terlalu tinggi sering kali
menghasilkan warna simplisia yang lebih menarik. Sebagai contoh, suhu awal
pengeringan temulawak dengan pana buatan adalah50°-55°C.
6.
Sortasi kering
Tujuan sortasi kering adalah memisahkan bahan-bahan asing,
seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran lain, yang masih ada
dan tertinggal di simplisia kering.
7.
Pengemasan
Pengemasan simplisia menggunakan wadah yang inert, tidak
beracun, dapat melindungi simplisia dari cemaran, dan mencegah kerusakan.
8.
Penyimpanan
Penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembapannya
rendah, terlindung dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga
dan tikus. Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari
serangga, cemaran, atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter, atau
pemberian bahan dengan cara yang sesuai sehingga tidak meninggalkan sisa yang
membahayakan kesehatan.
9.
Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu merupakan usaha untuk menjaga kestabilan
mutu simplisia. Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau
penyerahan dari pengumpul/pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus
berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia. Simplisia
yang bermutu adalah simplisia yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia
atau Materia Medika Indonesia. Pemeriksaan mutu simplisia meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a.
Kebenaran simplisia
Pemeriksaan kebenaran simplisia dilakukan dengan cara
organoleptik, makroskopis, dan mikroskopis. Pemeriksaan organoleptis dan
makroskopis dilakukan dengan menggunakan indra manusia melalui pengamatan terhadap
bentuk, cirri-ciri luar, warna, dan bau simplisia. Pemeriksaan mutu
organoleptis sebaiknya dilanjutkan dengan mengamati cirri-ciri anatomi histologi
terutama untuk menegaskan keaslian simplisia.
b.
Parameter nonspesifik
Parameter nonspesifik terkait dengan faktor lingkungan dalam
pembuatan simplisia, seperti uji adanya pencemaran yang disebabkan oleh
pestisida, jamur, aflatoksin, logam berat, dan benda asing lainnya.
c.
Parameter spesifik
Parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang
terkandung dalam tanaman. Pemeriksaan parameter spesifik meliputi ;
·
Pemeriksaan secara fisika,
yang meliputi penetapan daya larut, bobot jenis, rotasi optic, titik lebur,
titik beku, kadar air, sifat simplisia di bawah sinar ultraviolet, pengamatan
mikroskopis dengan sinar polarisasi, dan lain sebagainya.
·
Pemeriksaan secara kimia,
yang meliputi pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan yang bersifat
kualitatif disebut identifikasi dan umumnya berupa reaksi warna atau
pengendapan. Sebelum reaksi-reaksi tersebut dilakukan, zat yang dikehendaki
diisolasi terlebih dahulu. Isolasi dilakukan dengan cara pelarutan,
penyaringan, dan mikrosublimasi. Pemeriksaan yang bersifat kuantitatif disebut
penetapan kadar.
·
Pemeriksaan secara biologi,
yang umunya bersifat penetapan potensi zat berkhasiat.
1.
Bersihkan simplisia dari
bahan organic asing dan pengotor lain secara mekanik atau dengan cara lain yang
cocok, keringkan pada suhu yang cocok, haluskan, dan ayak. Kecuali dinyatakan
lain, seluruh simplisia harus dihaluskan sesuai derajat halus yang ditetapkan.
2.
Simplisia yang
mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan panas dikeringkan pada suhu serendah
mungkin. Jika perlu, pengeringan dilakukan dengan pengurangan tekanan udara.
3.
Pada pembuatan serbuk
simplisia yang mempunyai potensi dan kadar zat tertentu, misalnya serbuk
digitalis dan serbuk opium, boleh ditambahkan serbuk sejenis yang mempunyai
potensi atau kadar lebih rendah atau lebih tinggi atau ditambah bahan lain yang
cocok, misalnya laktosa atau pati beras, sehingga hasil pengolahan terakhir
memenuhi persyaratan.
Pemalsuan umumnya dilakukan
secara sengaja, sedangkan penurunan mutu mungkin dilakukan secara tidak
sengaja.
Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan-persyaratan
yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadar. Mutu yang rendah disebabkan
oleh tanaman asal, cara panen dan pengeringan yang salah, disimpan terlalu
lama, dan pengaruh kelembapan, panas, atau penyulingan.
Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi
memenuhi syarat, misalnya menjadi basah oleh air laut atau tercampur minyak
pelumas waktu diangkut dengan kapal.
Simplisia dinyatakan bulukan jika kualitasnya turun karena dirusak oleh
bakteri, cendawan, atau serangga.
Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat
bersama-sama dengan bahan-bahan atau bagian tanaman yang lain. Sebagai contoh,
kuncup cengkeh tercampur dengan tangkai cengkeh; daun sena tercampur dengan
tangkai daun sena.
Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja diganti, diolah, atau
ditambah bahan lain yang tidak semestinya. Sebagai contoh, minyak zaitun
diganti minyak biji kapas, tetapi tetap dijual dengan nama minyak zaitun;
tepung jahe ditambah pati terigu agar bobotnya bertambah, ditambah serbuk cabe
agar tetap berasa pedas, ditambah serbuk temulawak agar warnanya tampak seperti
keadaan semula.
Sumber asli
: Buku Farmakognosi untuk SMK
Farmasi / penulis, Drs. Fery Norhendy, dkk / editor : Juli Manurung, S.Si, Apt -- Jakarta :
EGC, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar